Ignasius
adalah murid Santo Yohanes, Rasul dan Penulis Injil. Bagi Yohanes, Ignasius
adalah murid yang mengesankan: ia pandai, saleh dan bijaksana. Oleh karena itu
ia kemudian diangkat menjadi Uskup Antiokia. Pada masa itu umat Kristen
dikejar-kejar dan dianiaya oleh kakitangan Kaisar Trajanus. Ignasius sendiri
tidak luput dari pengejaran dan penganiayaan itu. Biasanya kepada mereka ditawarkan
hanya dua kemungkinan: murtad atau mati. Kalau mereka murtad dan menyangkal
imannya, mereka akan selamat; kalau tidak, nyawanya akan melayang oleh pedang
atau dibunuh dengan cara-cara lain.
Bersama
Ignasius, banyak orang Kristen yang ditangkap, dihadapkan kepada kaisar yang
datang ke kota itu. Kaisar menanyai Ignasius: "Siapakah engkau, hai orang
jahat yang tidak menaati titahku?" Dengan tenang Ignasius menjawab:
"Janganlah menyebut jahat orang yang membawa Tuhan dalam dirinya. Akulah Ignasius,
pemimpin orang-orang yang sekarang berdiri di hadapanmu. Kami semua pengikut
Kristus yang telah disalibkan bagi keselamatan umat manusia. Kristus itulah
Tuhan kami dan Ia tetap tinggal dalam hati kami dan menyertai kami."
Jawaban
tegas Ignasius itu menimbulkan amarah kaisar. Ia segera dibelenggu dan disiksa.
Tetapi sebagaimana Kristus, Ignasius pun menanggung semua penderitaan itu
dengan tabah sambil bersyukur kepada Tuhan karena boleh mengambil bagian dalam
penderitaan Kristus. Dari Antiokia, Ignasius dibawa ke Roma untuk dicampakkan
ke dalam kandang singa-singa lapar.
Di atas
kapal yang ditumpanginya, ia tetap berdoa untuk umatnya, dan menulis beberapa
pucuk surat kepada Santo Polykarpus dan seluruh umat. Dalam surat-surat itu, ia
menekankan betapa pentingnya umat tetap setia kepada imannya dan tetap
berkumpul untuk merayakan Ekaristi Kudus. Katanya dalam surat itu: “Satu saja
Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan satu juga Piala DarahNya. Keduanya
dikurbankan di atas satu altar oleh satu Uskupmu bersama imam-imam dan
diakon-diakon." Ignasius juga meminta agar seluruh umat mendoakan dia
supaya layak menjadi martir Kristus yang suci. "Doakanlah aku, agar aku
mendapat kekuatan lahir dan batin, menjadi seorang yang tabah dalam iman, dan
supaya aku menjadi benar-benar orang Kristen, bukan saja dengan nama tetapi
lebih-lebih dengan perbuatan nyata.
Aku
menuliskan surat ini kepadamu selama aku masih hidup. Kekasihku sudah
disalibkan, maka aku pun tidak merindukan sesuatu yang duniawi melainkan
merindukan persatuan segera dengan Dia."
Setiba di
Roma, sambil diapit ketat oleh prajurit-prajurit kafir yang kejam, ia digiring
masuk gelanggang binatang buas. Di sana tubuhnya yang suci diterkam dan
dicabik-cabik singa-singa lapar. Darahnya yang suci membasahi tanah gelanggang
itu yang telah menampung ribuan liter darah para martir yang mati demi
kesetiaannya kepada Kristus. Ignasius menerima mahkota kemuliaannya pada tahun
107.
Post a Comment