Katekese :
Jika kita
mendengar kata ’ spritualitas ’, kita
dibawa pada suatu kenyataan bahwa di dalam hidup, manusia selalu mencari
sesuatu di atas dirinya sebagai
manusia.
Hal ini
disebabkan karena kita manusia tidak hanya terdiri dari tubuh saja, melainkan
juga jiwa spritual, sehingga kita selalu memiliki kecenderungan untuk menemukan
jati diri kita dengan mengenali Sang pencipta.
Seperti halnya
ikan salmon yang mengembara ribuan kilometer dalam hidupnya untuk kembali ke
tempat ia dilahirkan dan mati di tempat asalnya tersebut ;
Demikian juga
halnya kita manusia. Sudah selayaknya kita yang diciptakan lebih sempurna, bahwa kita berasal dari Tuhan dan suatu
saat akan kembali kepada Tuhan. Maka di
dalam hidup, kita akan berusaha untuk mengenal diri sendiri dan Tuhan, dan
disinilah spritualitas berperan dalam kehidupan kita.
Sebagai umat
kristiani, kita percaya bahwa Tuhan telah menyatakan diri-Nya di dalam diri
Yesus Kristus oleh Kuasa Roh Kudus-Nya. Oleh karena itu, spritualitas Kristiani
bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus, yang berpusat pada Kristus. Karena hanya di dalam nama Kristus kita
diselamatkan (Kis 4:12).
Allah Bapa
telah menciptakan kita sesuai gambaran-Nya dan menginginkan kita selalu tinggal
di dalam Kasih-Nya yang tak terhingga sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yesus
Kristus dengan wafat dan kebangkitan-Nya untuk menghapus dosa-dosa kita (1 Yoh
4:10). Oleh Kristus kita diangkat
menjadi anak-anak Allah (Rom 8:15). dan dipersatukan dengan Tuhan sendiri;
Allah Bapa, Putera, dan Roh kudus.
Jadi komuni
atau persatuan kudus kita dengan Allah adalah tujuan hidup kita. Sekarang
pertanyaannya adalah : apakah jika kita
percaya kepada Tuhan, otomatis kita pasti bersatu dengan Dia ??
Pertama-tama
kita harus terlebih dahulu menyadari, bahwa persatuan dengan Tuhan yang membawa
kita pada keselamatan adalah suatu karunia ; itu adalah pemberian, bukan karena
usaha manusia (Ef 2:8). Karunia keselamatan tersebut diberikan oleh Kristus
melalui wafatnya di salib, kebangkitan-Nya dan Kenaikan-Nya ke surga. Misteri inilah
yang sampai sekarang selalu dihadirkan kembali oleh Gereja Katolik, melalui
sakramen , terutama Sakramen Ekaristi, di mana kita dipersatukan dengan Tubuh
dan Darah Kristus, Jiwa dan Keilahian-Nya.
Persatuan melalui
Komuni Kudus adalah cara yang dipilih Allah untuk mengangkat kita menjadi
serupa dengan Dia. Untuk maksud persatuan kudus inilah, Kristus mendirikan
Gereja Katolik untuk melanjutkan karya keselamatan-Nya kepada dunia sampai
kepada akhir zaman.
Dalam hal
persatuan dengan Tuhan melalui misteri keselamatan ini, iman mengambil peran
penting. Iman disini bukan berarti kepercayaan subjektif bahwa kita diampuni sehingga tidak perlu lagi melakukan
sesuatu sebagai konsekuensinya, melainkan Iman yang Objektif , yang diawali dengan pertobatan sejati dan diikuti dengan
proses memperbaiki diri. Dalam hal ini, iman yang dimaksud adalah ketaatan iman
(Rom 16:26 ; 1:5) yang diberikan kepada Allah yaitu dengan cara mempersembahkan
ketaatan kita secara penuh.
Kebenaran yang
dinyatakan Kristus dilanjutkan oleh Gereja-Nya, sehingga ketaatan total kepada
Tuhan membawa kita kepada ketaatan kepada Gereja. Taat tidak saja mencakup taat
kepada Firman Tuhan yang tertera dalam Kitab Suci, tetapi juga kepada
Gereja-Nya, karena keduanya sejalan dan tak dapat dipisahkan.
Post a Comment